اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَآءِ ۙ
“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit,” (Q.S. Ibrahim [14]: 24)
Nilai-nilai Pendidikan:
Pertama, “alam tara” yang berasal dari akar kata ra’a, bermakna “memandang yang disertai pemahaman”. Dalam bahasa ilmiah, disebut observasi. Yaitu melihat fenomena dan memahami maknanya. Observasi bisa ditujukan pada fenomena sosial maupun natural. Ayat ini terkait observasi fenomena natural (alam). Bahasa lainnya, tadabbur alam.
Kedua, menurut salah satu tafsir, pohon yang bagus dalam ayat ini adalah pohon kurma. Yaitu pohon yang akarnya kokoh; batangnya tegak; daun dan buahnya bermanfaat. Akar adalah simbol iman atau akidah yang kokoh; batang adalah simbol Islam atau fikih yang tegak (istiqamah); daun dan buah adalah simbol ihsan atau akhlak yang terpuji.
Ketiga, ajaran Islam selalu menekankan aspek bumi atau tanah yang merepresentasikan aspek humanistik (profan) dan aspek langit yang merepresentasikan aspek ketuhanan (transendental). Sebagai buktinya, Islam diisi oleh ajaran ibadah dan muamalah. Di sisi lain, perpaduan kedua aspek ini juga dapat ditemukan pada suatu ibadah yang niatnya ditujukan kepada Allah SWT, sedangkan manfaatnya ditujukan kepada manusia. Misalnya, zakat dan kurban.
Keempat, metafora merupakan salah satu metode pendidikan yang efektif, terutama dalam rangka menjelaskan ajaran yang abstrak dengan fenomena yang konkret. Dalam dunia pendidikan pun, metafora sering digunakan, bahkan menjadi pernyataan populer di tengah masyarakat. Misalnya, tawadhu itu seperti padi; semakin berisi, semakin merunduk.
Kelima, redaksi “kalimatin thayyibatin” atau “kata yang bagus”, mengisyaratkan bahwa satu ajaran saja, jika dilaksanakan sungguh-sungguh, niscaya mendatangkan pahala Ilahi dan manfaat insani. Artinya, kehebatan Islam tidak harus ditunjukkan dengan memenuhi seluruh ajarannya; melainkan cukup satu ajaran saja sudah dapat menunjukkan kehebatan Islam. Misalnya, ajaran Islam tentang iqra (membaca), jika dilaksanakan secara istiqamah hingga menjadi budaya, niscaya sudah dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia.